APPETISER
Bangunan seperti Sudiman Mansion adalah sebuah rumah impian saya. Suatu hari saya pengen membangun sebuah komplek rumah seperti itu, sebuah ‘oase’ di tengah gedung-gedung jangkung dimana saya dan teman-teman tinggal disana sampai tua. The Coffee House bukan saja bercerita tentang persahabatan kami namun sebuah potret kehidupan masyarakat Jakarta. Di coffee shop mereka banyak menghabiskan waktu untuk bertemu sahabat-sahabat atau sekedar tempat menghabiskan waktu sambil baca novel dan browsing internet. Kebiasaan minum dan duduk-duduk di coffee shop kini bukan lagi milik masyarakat Jakarta namun sudah menjadi bagian kehidupan kota Bandung, Surabaya, Medan dan kota besar lainnya. Itu sebabnya kita bisa lihat bisnis yang cepat berkembang saat ini adalah waralaba coffee shop, dari Starbuck sampai Coffee Bean yang saling berlomba membuka outletnya hingga yang waralaba lokal seperti Oh Lala, Daily Bread dan Excelsso. Di jam-jam pulang kantor, semua coffee shop penuh dengan orang-orang yang menghabiskan waktu untuk berbagai alasan. Saya menangkap fenomena kumpul di coffee shop itu tentunya dengan balutan cerita keseharian yang ingin saya hidupkan dalam novel ini. Saya sadar novel yang ringan dan ngepop adalah novel yang paling digemari saat ini. Novel Living Single contohnya membuktikan bahwa penyuka novel lebih suka sebuah cerita yang ringan dan tidak berbelit. Itu sebabnya saya berani membuat novel ini setelah berganti judul berkali-kali hanya untuk mencari judul yang tepat ditambah dengan desain sampul yang eye catching. Saya berharap semua yang membeli novel ini tidak menyesal dan tetap membacanya sampai tuntas.
0 comments:
Posting Komentar